makalah pbsi tentang "kemampuan menyimak"


MAKALAH
Pendidikan Bahasa dan  Sastra Indonesia
di kelas tinggi
 “Meningkatkan kemampuan menyimak ”
Dosen pengampu
Hermansyah Trimantara, M.Pd







Disusun Oleh Kelompok 2:
1.           Dewi Trimulyani
2.           I Gusti Ketut Ganal Surya
3.           Sulistriani

Kelas : V PGSD b
STKIP PGRI METRO
T.A 2015/2016









BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
Pada pembelajaran kali ini semua siswa antusias menyimak cerita yang saya bacakan. Setelah siswa menyimak cerita, saya memberikan pertanyaan kepada siswa berdasarkan isi cerita yang telah dibacakan. Dengan demikian kemampuan menyimak siswa dapat diukur, dimana kemampuan siswa dalam menyimak memiliki keterbatasan. Hal tersebut disebabkabn oleh daya tangkap dan daya ingat siswa yang terbatas. Siswa yang cukup mendapat latihan menyimak dengan kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil serta berada di tempat yang tenang (jauh dari kebisingan) dapat menangkap isi bahan simakan sebanyak 50 persen.
Untuk meningkatkan daya simak siswa sangat perlu pembinaan dan pengembangan. Melalui pembinaan dan pengembangan serta praktik menyimak dengan kesiapan mental dan jauh dari kebisingan akan meningkatkan daya simak siswa hingga mencapai 100 persen. Untuk mencapai target yang diinginkan dan menunjang peningkatan daya simak siswa, dapat dilihat dari minat dan gairah siswa itu sendiri.[1]

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja yang meliputi proses, jenis dan tujuan menyimak ?
2.    Hal apa saja yang meningkatkan kemampuan untuk menyimak ?

1.3.Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran bahasa indonesia. Dan bisa untuk bekal mahasiswa dalam proses belajar mengajar nanti jika menjadi seorang pendidik.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Proses, jenis dan tujuan
v  Proses Menyimak
Pemahaman menyimak menjadi lebih mudah apabila penyimak mengetahui konteks wacana yang disimaknya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk menafsirkan dan memahami materi yang mereka simak. Pengetahuan yang ada pada diri penyimak sangat berperan dalam proses menyimak. Penyimak yang berhasil adalah mereka yang memanfaatkan baik pengetahuan yang ditangkap dari wacana yang disimak maupun pengetahuan yang telah mereka miliki, yang berhubungan dengan dengan materi yang disimak (Numan, 1991: 18 dalam Rofi’uddin,1998: 5). [2]

        Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara. Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Menurut Anderson dan Lyneh (dalam Rofi’uddin 1998 : 6) kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

1. Susunan informasi (Teks yang berisi informasi yang disusun secara kronologi lebih mudah dipahami daripada yag tidak berkronologi).
2.Latar belakang pengetahuan penyimak mengenai topic yang disimak.
3.Kelengkapan dan kejelasan (Disajikan eksplisit informasi yang disimak).
4.Pembicara tidak banyak menggunakan kata ganti dan menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih mudah dipahami.
5.Yang dideskripsikan dalam teks yang disimak mengandung hubungan strategis atau hubungan dinamis (Yang menunjukan hubungan statis misalnya bentuk-bentuk geometric lebih sulit dipahami, daripada yang mengandung hubungan hubungan dinamis. Kegiatan menyimak perlu disesuaikan dengan kemampuan anak. Bagi anak-anak yang tergolong rendah kemampuannya dalam menyimak, setelah menyimak teks yang sama dengan yang disimak oleh anak-anak yang lain, anak-anak tersebut dapat diberi tugas membuat ringkasan informasi yang mereka simak. Anak-anak yang kemampuan menyimaknya rendah diberi tugas menyebutkan jumlah pembicaraan atau jumlah kata-kata kunci.

Alternatif yang lain, peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimak berulang-ulang wacana yang dijadikan materi pembelajaran menyimak. Mereka diberi daftar kata-kata kunci dan diminta menyebutkan berapa kali mereka mendengar kata-kata tersebut. Kemudian diberi tugas yang lebih sulit misalnya diberi sejumlah frasa dan diminta yang terakhir, mereka dapat diminta untuk menunjukkan jumlah yang mereka dengar.[3]

v  Jenis-Jenis Menyimak

Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:
1)    Sumber suara       
2)    Cara penyimak bahan yang disimak
3)    Tujuan menyimak
4)    Taraf aktivitas penyimak.

Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1.      Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi
a)    Menyimak social
b)    Menyimak sekunder
c)    Menyimak estetik



2.      Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Menyimak intensif meliputi:
a)    Menyimak kritis
b)    Introgatif
c)    Menyimak penyelidikan
d)    Menyimak kreatif
e)    Menyimak konsentratif
f)    Menyimak selektif

v  Tujuan Menyimak
Ø  Tujuan Menyimak Secara umum
          Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :
1.      mendapatkan fakta
2.      menganalisis fakta
3.      mengevaluasi fakta
4.      mendapatkan inspirasi
5.      menghibur diri
6.      meningkatkan kemampuan berbicara

a.      Mendapatkan Fakta
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak digunakan.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen.
b.      Menganalisis Fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar.

c.       Mengevaluasi Fakta
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :
·      Benarkah fakta yang diajukan?
·      Relevankah fakta yang diajukan?
·      Akuratkah fakta yang disampaikan?
Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.
                                                       
d.      Mendapatkan Inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

e.       Menghibur Diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

f.       Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi:
1.   cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
2.    cara penyampaian bahan pembicaraan
3.    cara memikat perhatian pendengar
4.    cara mengarahkan perhatian pendengar
5.  cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.
6.  cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony.[4]

ü   Tujuan Menyimak Menurut ahli
a.       Menurut Tidyman & butterfield membedakan menyimak menjadi:
1.Menyimak sederhana
2.Menyimak diskriminatif
3.Menyimak santai
4.Menyimak informative
5.Menyimak literature
6.Menyimak kritis
b.      Menurut Gary T. Hunt
1.   Untuk memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan atau profesi;
2.   Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan di dalam kehidupan bermasyarakat;
3.   Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal;
4.   Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar.




2.2. Meningkatkan kemampuan Menyimak
Pengalaman penulis sebagai pengampu mata kuliah Menyimak diketahui bahwa kegiatan menyimak yang terencana dalam proses pembelajaran masih jarang penulis lakukan. Kegiatan yang dialakukan adalah pembahasan materi yang berhubungan dengan Menyimak lebih dominan daripada praktiknya. Kalaupun ada praktiknya mahasiswa hanya mendengarkan tentang lagu atau dibacakan wacana, mahasiswa diminta untuk menyimak dengan saksama. Setelah dosen selesai memperdengarkan bahan simakan, mahasiswa diminta untuk mengutarakan kembali secara lisan bahan yang disimaknya. Karena alasan waktu yang terbatas, tuntutan materi Menyimak, dan media simakan baik langsung atau tidak yang kurang memadai, mahasiswa yang mendapat kesempatan mengutarakan isi simakan hanya dua atau tiga orang.
Kegiatan tersebut tidak dilanjutkan dengan kegiatan lebih jauh seperti mendiskusikan materi simakan dan mengecek pemahaman mahasiswa. Dengan demikian, tidak ada proses “meyiapkan” mahasiswa dalam kegiatan pramenyimak serta tidak dilakukan kegiatan analisis dan koreksi. Itu berarti secara teoretis menyimak mahasiswa dapat diandalkan, tetapi secara praktiknya masih jauh dari harapan sebagai calon guru dalam penerapan keterampilan menyimak bagi diri dan siswa nantinya. Dalam kegiatan sehari-hari baik di dalam kegitan pembelajaran maupun di luar, mahasiswa lebih banyak berurusan dengan kegiatan menyimak dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya terutama dalam menyimak aktif reseptif. Dapat dikatakan mulai bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia termasuk mahasiswa itu berhubungan dengan menyimak. Segala informasi baik berupa ilmu maupun ide yang diterima mahasiswa pada umumnya melalui proses menyimak ini. Seperti yang dikatakan Wilt (dalam Tarigan, 1990:11) 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Dengan demikian, kemampuan menyimak seyogyanya dimiliki oleh mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu.
Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50% Padahal diharapkan mahasiswa sebagai calon guru memiliki bekal dalam meyerap ilmu pengetahuan. Kemampuan menyimak pun sangat penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi.
Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung dalam pesan lisan yang didiengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1990:58) menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Pada sisi lain, kemampuan menyimak barulah dapat dikuasai setelah yang bersangkutan mengalamai latihan-latihan menyimak yang terarah, berencana, dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut ialah melalui proses pembelajaran menyimak.  Akan tetapi, menurut Kencono (dikutip  Chamadiah dkk. 1987:3) pembelajaran menyimak di perguruan tinggi ataupun di sekolah sering “dianaktirikan” atau sedikit sekali mendapat perhatian. Padahal, kemampuan meyimak sangat penting sebagai dasar penguasaan suatu bahasa.
Berdasarkan fakta tersebut, wajar saja bahwa kemampuan menyimak mahasiswa tahun 2006 masih kurang dengan nilai rata-rata 5,5 (Tes awal tahun 2006). Hal senada  berdasarkan penelitian terhadap kemampuan menyimak mahasiswa di DKI Jakarta oleh Chamadiah dkk. (1987) juga masih kurang yaitu nilai rata-rata 5,8. Dilihat berdasarkan penelitian siswa yang pernah dilakukan tampaknya tidak terlalu jauh nilai rata-rata kemampuannya. Seperti yang dilakukan Nurhayati (2001) terhadap siswa SLTPN 1 Inderalaya dalam tes awalnya nilai rata-rata hanya 5,4. Begitu juga dengan Syafrin (1995), Milyan (1997), Hartati (1999), dan Nengsi (2001) dengan nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa cukup.
Menyimak sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1990:28). Berdasarkan hal tersebut, menyimak berarti adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar.
Berdasarkan hal tersebut, dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (Poerwadarminta, 1984:628). Menyimak dapat juga diartikan sebagai memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang (Pusbinbangsa, 1988:840). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dirumuskan kemampuan menyimak itu adalah kemampuan, kesanggupan, kecakapan, siswa menerima dan memahami apa yang diucapkan atau dibaca orang lain. Urias (1987:21) juga memperjelas bahwa kemampuan menyimak merupakan proses belajar mengajar dan pembentukan kebiasaan yang terus-menerus. Seperti yang kemukakan Bloom yang berhubungan dengan aspek kognitif di dalam menyimak dapat berupa kemampuan menyimak tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Nurgiantoro, 1995:237).
Kegitan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung baik menyimak intensif maupun ekstensif. Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol pada suatu hal tertentu baik dari program pengajaran bahasa maupun pemahaman serta pengetahuan umum secara kritis, konsentratif, kretaif, eksploratif interogatif, dan selektif, berbeda dengan menyimak  ekstensif. Untuk melaksanakan dan mengoptimalkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut, salah satu pendekatannya adalah pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contectual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara penetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya pada kehidupan mereka sebagai calon guru. Adapun kata kunci CTL ini adalah real word learning, mengutamakan pengalaman nyata, mahasiswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan berpusat pada mahasiswa, pengetahuan bermakna dalam kehidupan yang dekat dengan kehidupan yang nyata, terjadi perubahan perilaku, mahasiswa praktik bukan menghapal, learning bukan teaching dan pendidikan bukan pengajaran, pembentukan manusia, memecahkan masalah, mahasiswa acting guru mengarahkan, dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya melalui tes. Dengan cara ini kemampuan menyimak mahasiswa dapat ditingkatkan.
Ada tujuh prinsip pendekatan kontekstual, yaitu konstruktivisme (pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas), menemukan (pengalaman sendiri), bertanya (mendorong, membimbing, dan menilai dalam menggali, mengonfermasi, dan mengarahkan baik antarmahasiswa, dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen maupun mahasiswa dengan orang lain yang didatangkan dalam pembelajaran/narasumber masyarakat belajar (kerjasama), pemodelan, refleksi, (respon terhadap kejadian/aktivitas), dan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2003:11-12).
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu, dapat dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan menghendaki proses pramenyimak, rekonstruksi, analisis, dan koreksi dengan tidak mengabaikan tahapan proses menyimak yaitu tahap mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi. Kegiatan rekonstruksi dan analisis serta koreksi dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses tersebut.  Adapun bahan simakan yang bisa diperdengarkan yaitu bahan simakan berupa berita di radio maupun di televisi, musikalisasi puisi, puisi, lagu yang puitis, cerpen, sinopsis novel, dan percakapan serta kemampuan kebahasaan dan sastra lainnya.
Jika hal tersebut sudah dilakukan dengan baik, baik secara teoretis maupun pratiknya, mahasiswa akan dapat meningkatakan kemampuan menyimaknya dengan baik serta mengembangkan diri dalam pembelajaran di sekolah nantinya. Selain itu, mahasiswa harus mendapat bimbingan dosen dan tenaga pendidikan yang lain untuk dapat berpikir dengan cerdas, membentuk perilakunya, memilah dan memilih, serta membangun pribadinya sehingga suatu saat menjadi guru yang profesional pada bidangnya
Kemampuan menyimak (mendengarkan) dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kebiasaan secara sadar yang membedakan antara pendengar yang efektif dan yang tidak.
kemampuan menyimak (mendengarkan) dapat dilakukan melalui cara-cara seperti terlihat dibawah ini,antara lain :

1)     Mengetahui kelebihan pembicara dalam subjek yang merupakan sesuatu
yang belum pernah diketahui oleh audiens.
2)     Bersikap netral agar dapat mengurangi dampak emosional terdapat sesuatu yang disampaikan, dan dapat menahan sikap menolak sampai seluruh pesan di dengar.
3)     Mengatasi gangguan dengan menutup pintu atau jendela dan lebih
mendekati pembicara
4)     Mendengar konsep dan pokok pikiran, serta mengetahui perbedaan antara ide, dancontoh, bukti dan argumen.
5)    Meninjau ulang pokok pembicaraan.
6)    Tetap berpikir terbuka dengan mengajukan pertanyaan yang
mengklarifikasikan pemahaman.
7)    Tidak menyela pembicaraan.
8)    Memberikan umpan balik (feed back )
9)   Membuat catatan tentang pokok pembicaraan.Selain yang sudah disebutkan diatas, untuk meningkatkan kemampuan menyimak (mendengarkan) secara efektif, tingkat penerimaan informasi diidentifikasikan dalam empattahapan yang dapat membantu pengukuran efektivitas menyimak.[5]














BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Dengan demikian kemampuan menyimak siswa dapat diukur, dimana kemampuan siswa dalam menyimak memiliki keterbatasan. Hal tersebut disebabkabn oleh daya tangkap dan daya ingat siswa yang terbatas. Siswa yang cukup mendapat latihan menyimak dengan kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil serta berada di tempat yang tenang (jauh dari kebisingan) dapat menangkap isi bahan simakan sebanyak 50 persen.
Untuk meningkatkan daya simak siswa sangat perlu pembinaan dan pengembangan. Melalui pembinaan dan pengembangan serta praktik menyimak dengan kesiapan mental dan jauh dari kebisingan akan meningkatkan daya simak siswa hingga mencapai 100 persen. Untuk mencapai target yang diinginkan dan menunjang peningkatan daya simak siswa, dapat dilihat dari minat dan gairah siswa itu sendiri.


2.1. Saran
Saran kami untuk para pembaca yaitu untuk lebih mengetahui  tentang pembelajaran bahasa indonesia dikelas tinggi. Mahasiswa diharapkan  untuk mengetahui tentang meyimak,  banyak hal tentang menyimak patut diketahui oleh para pendidik karena akan menunjang keberhasilan menyimak yang da diSD.











DAFTAR  PUSTAKA



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU tentang " Hakikat Pembelajaran Terpadu"

makalah metodologi Penelitian tentang "Ragam Penelitian "